Analisis Kelayakan Bisnis dan Investasi

Studi kelayakan bisnis (feasibility study) adalah studi atau penelitian mengenai layak atau tidak layaknya suatu proyek atau rencana bisnis untuk dijalankan dengan mempertimbangkan resiko yang mungkin akan ditimbulkan dan keuntungan yang akan didapatkan.

Studi kelayakan menganalisis seberapa berhasil sebuah proyek untuk dijalankan, dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi, teknologi, hukum dan penjadwalan.

...

1. Payback Period


Paybck period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik.

2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)


B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya. Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.


3. Net Prensent Value (NPV)


Dua kriteria utama pertama dapat dihitung berdasarkan nominal (non disconuted method). Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu uang . Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C >1, padahal nilai nilai sekarang di diskonto (discounted method) seperti dijelaskan sebelumnya.


4. Internal Rate of Return (IRR)


Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak investasi yang digunakan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.


...


Net Present Value atau NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu.

Dalam dunia bisnis, NPV bermanfaat mengukur kemampuan dan peluang sebuah perusahaan dalam mengelola investasinya hingga beberapa tahun mendatang. Terutama ketika nilai mata uang berubah yang akan berdampak pada cash flow perusahaan.

NPV dapat digunakan oleh pengusaha atau perusahaan untuk memproyeksikan investasi yang mereka kelola di masa depan

Contoh dan cara menghitung NPV


Rumus: NPV(C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0

Manajemen Perusahaan ADC ingin membeli mesin produksi untuk meningkatkan jumlah produksi produknya. Harga mesin produksi yang baru tersebut adalah Rp150 juta dengan suku bunga pinjaman sebesar 12 persen per tahun. Arus kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp50 juta per tahun selama lima tahun.

Pertanyaannya, apakah rencana investasi pembelian mesin produksi ini dapat dilanjutkan?
Penyelesaian:

    Ct = Rp. 50 juta
    C0 = Rp. 150 juta
    r = 12% (0,12)

Jawaban:

NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0

NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150

NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150

NPV = 180,24 – 150

NPV = 30,24

Jadi nilai NPV adalah Rp30,24 juta.



Berikut penjelasan perhitungan :






Sumber Referensi: Blogspot Usaha Analisis


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bussines Model Canvas